Rabu, 30 April 2014

AMALAN BULAN RAJAB




Rajab adalah salah satu bulan yg diistimewakan, yaitu salah satu bulan yg diharamkan oleh Allah atau bulan suci. Bulan suci ada 4 yaitu dzulqo’dah, dzulhijjah, muharram dan rajab. 4 bulan ini bulan yg diharamkan untuk berperang. Tapi apakah di bulan rajab kita disunahkan utk melakukan amalan khusus  di bulan rajab?
Ada 2 amalan yang biasa orang-orang lakukan
1.       Sholat Roghoib
Sholat yg dilakukan di hari pertama bulan rajab ba’da maghrib sampai isya. Amalan ini tidak berdalil kuat. Kalau memeng ini dalilnya kuat, COBA UNTUK DISEBUTKAN.
Para ulama menyebutkan ini tak ada tuntunannya
a.       Imam ibnu rajab wafat 795 H
“sholat khusus di bulan rajab , adapun sholat yg menyebutkan sholat roghoib adalah batil dan palsu”
b.      Ulama al ‘idz bin abdil….sultoni ‘ulama
‘diantara dalil yg sholat ini tak ada tuntunannya baik para sahabat ataupun tabi’I”
c.       Imam al nawawi
“ tidak pernah dipraktekan oleh nabi atau para sahabat atau imam yang 4” abu hanifah, syaifii, maliki dan imam ahmad.
d.      Imam asy syuyuti
“sholat itu termasuk yg tidak dicontohkan oleh nabi Sholalloohu ‘alaihi wassalam.
e.      Imam ibnu sholah 643 H
Adapun sholat yang dilakukan malam roghoib tak ada contohnya dari nabi

Semua ulama diatas adalah yang hidup di jaman abad 7 sampai 10, jadi kalau ada orang yg mengatakan aliran wahabi…..itu tak berdasar. Krn wahabi itu di abad 13
2.       Puasa Rajab
Imam ibnu hajar al asqoolani, beliau adalah pakar hadis
“adapun hadis-hadis yang menyebutkan keistimewaan bulan rajab secara khusus maka hanya ada 2 kondisi yaitu kalau tak lemah ya palsu.
Imam ibnu hajar al asqoolani beliau bergelar AL HAFIDZ, dan seorang yg bergelar seperti itu adalah orang yg sudah bisa menghafal 1 juta hadis.
Dan banyak ulama-ulama besar lain yang mengatakan hal serupa. Bahwa puasa rajab itu tak ada dasarnya.

Amalan-amalan bulan rajab itu ternyata sudah ada sejak abad 6, jadi bukan sesuatu yang baru. Dan yang meneliti juga ulama-ulama besar di jamannya, bukan ulama lokal.

Minggu, 27 April 2014

JANGAN JADIKAN RUMAH ANDA RUMAH HANTU



Semua orang tak ada yg ingin tinggal di rumah hantu. Dan hampir dipastikan smua orang menginginkan bahwa rumah yg dibangun itu adalah nyaman, tentram dan tenang. Namun sayang banyak mereka yg hanya memperhatikan masalah duniawi  saja, mereka tidak memperhatikan inti dari ketengan itu sendiri.
Ibarat orang mau mau makan, sudah disiapkan lauk dan sayurnya tapi nasi blum ada. Jadi inti ketenangan adalah ketenangan batin yg tinggal didalamnya. Blum tentu orang tinggal didalam rumah mewah akan tenang, blm tentu jg org yg tinggal di rumah reot hatinya tdak tenang.
Ketenangan sebuah rumah bersumber dari ketenganan orng  yg tinggal didalamnya. Caranya adalah dg memperbanyak ibadah dan memakmurkan rumah tsb dg hal2 yg diridhoi allah. 

1.      1.     Mengucapkan salam sebelum masuk rumah
    Banyak diantara kita jk masuk rumah tidak mengucapkan salam, kita hanya mengucapkan jika akan      bertamu saja.
Rosul bersabda,”ada 3 orang yg dijamin akan dijaga oleh allah, yg ketiga adalah orang yg memasuki rumahnya dengan memasuki salam(HR abu dawud) dinyatakan sahiih oleh al hakim dan al nawawi menyatakan hasan
Mengucapkan salam itu  diucapkan entah didalamnya ada orang ataupun tidak.
Surat an nuur;61
“bila kalian memasuki rumah2 maka hendaknya mengucapkan salam untuk dirimu sendiri”
Dari ayat ini para imam besar berkesimpulan bahwa kita mengucapkan salam entah ada orangnya atau tidak.
Jika tak ada orang Redaksinya kt ibnu omar “assalamu’alaina wa’alaibadila hissoliihin”.
2.       Baca bismillah jika akan masuk.
Ketika mengucapkan bismillah, maka syaitan tidak akan bisa masuk. Kata syetan “kita tak bisa masuk malam ini”. Tp jk kita masuk tak mengucapkan bismillah, syetan berkata,”kita mendapat penginapan gratis malam ini”.(HR muslim)

3.       2.  Mengucapkan bismillah saat menutup pintu dan perkakas rumah
     Perkakas rumah itu spt ceret, panci,wajan. Menutup pintu dan jendela biasanya kita lakukan jika malam hari, jika kita nutup pintu  saja maka Cuma syetan manusia sj yg ga bisa masuk tapi syetan jin tetap bisa msuk. Bagaimana menahannya? Saat menutup pintu atau jendela bacalah bismillah.
Rosul bersabda,”kalau hari mulai gelap, maka tahanla anak2 kalian jangan biarkan anak kalian keluyuran,karena ketika matahari terbenam. Kalau sudah lewat sebagian malam, boleh keluar. Kuncila pintu kalian dg mencupakan bismillah, krn syetan tidak bisa membuka pintu yg dikunci dg ucapan bismillah.tutuplah bejana, teko kalian dg mengucapkan bismillah. Walau tidak menemukan tutup, ditaruh diatasnya dan bc bismillah. Dan matikanla lampu kalian (HR bukhari muslim).
Hikmah ditutupnya bejana adalah menghindari binatang, wabah dan syetan.
Rosul bersabda, dalam satu tahun allah ada satu hari menurunkan penyakit menular

4.      3.  Memakmurkan rumah dengan membaca al quran
   Rosul bersabda,”sesungguhnya telah menulis kitab, 2000 tahun sebelum diciptakan langit dan bumi, dari kitab itu allah menurunkan 2 ayat penutup surat al baqoroh(ayat 285 dan 286k).
Khasiatnya kata rosul, jk dibaca 3 malam berturut2 maka syetan tak berani mendekat.
HR tirmiddzi dinyatakan sahih oleh al hakim dan syeh al albany
Rosul bersabda, jangan jadikan rumah kalian spt kuburan, syetan itu akan lari dari rumah yg dibacakan surat al baqoroh.
Memakmurkan rumah adalah jg denganmelakukan ibadah2.. spt sholat.
Rosul bersabda, lakukan sebagian sholat kalian dirumah dan jadikan rumah kalian seperti kuburan (HR bukhari)
HR ibnu khuzaimah sahih
Rosul bersabda, sebaik2 sholat kalian adalah sholat yg dilakukan dirumah kecuali sholat wajib.
Jadi jika kita tdk melakukan hal2 diatas, maka rumah kita berarti rumah hantu. Banyak dari kita lebih suka menyenandukna lagu2 diluar al quran, padahal itu dilarang keras oleh rosul,
HR al hakim disahihkan oleh tirmidzi dan syeh al Albany
Rosul bersabda, aku melarang 2 suara yg keji, suara senandung sia2 suara permainan dan seruling sytan, suara ketika ada musibah memukuli wajah,meratap merobek2 baju.
Dari sini kita mengetahui bahwa rumah tak utk ibadah adallah kuburan, dan logikanya di kuburan tidak boleh membaca al quran. Krn kuburan bukan tempat utk ibadah. Ini disimpulkan oleh beberapa ulama besar diantaranya imam ibnu fattol al bawawi, ibnu hajar asqoolani.

Kamis, 24 April 2014

Agama Sebagai Penjaga Harta

Siapa di antara kita yang tidak ingin menjadi orang kaya yang bergelimang harta? Tua muda, lelaki perempuan, berkulit hitam atau putih, semuanya memiliki keinginan serupa.
Salahkah keinginan tersebut? Tidak juga! Tetapi sayangnya, banyak di antara kita lupa untuk berusaha memiliki ’pengawal’ yang membantu kita menjaga harta tersebut; agar tidak berubah menjadi petaka. Pengawal setia tersebut adalah ilmu agama.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menjelaskan,
“مَثَلُ هَذِهِ الْأُمَّةِ مَثَلُ أَرْبَعَةِ نَفَرٍ (1) رَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالًا وَعِلْمًا، فَهُوَ يَعْمَلُ بِهِ فِي مَالِهِ يُنْفِقُهُ فِي حَقِّهِ. (2)  وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ عِلْمًا وَلَمْ يُؤْتِهِ مَالًا، فَهُوَ يَقُولُ: “لَوْ كَانَ لِي مِثْلُ مَالِ هَذَا؛ عَمِلْتُ فِيهِ مِثْلَ الَّذِي يَعْمَلُ”. قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “فَهُمَا فِي الْأَجْرِ سَوَاءٌ”. (3) وَرَجُلٌ آتَاهُ اللهُ مَالًا وَلَمْ يُؤْتِهِ عِلْمًا، فَهُوَ يَخْبِطُ فِيهِ يُنْفِقُهُ فِي غَيْرِ حَقِّهِ. (4) وَرَجُلٌ لَمْ يُؤْتِهِ اللهُ مَالًا وَلَا عِلْمًا، فَهُوَ يَقُولُ: “لَوْ كَانَ لِي مَالٌ مِثْلُ هَذَا؛ عَمِلْتُ فِيهِ مِثْلَ الَّذِي يَعْمَلُ”. قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “فَهُمَا فِي الْوِزْرِ سَوَاءٌ”.
”Perumpamaan umat ini bagaikan empat orang. Orang pertama: adalah seorang yang dikaruniai Allah harta dan ilmu. Dengan ilmunya ia mengatur harta sehingga bisa mengalokasikannya dengan benar. Orang kedua: adalah seorang yang dikaruniai Allah ilmu, namun tidak dikaruniai harta. Dia berkata, ”Andaikan aku memiliki harta seperti fulan (orang pertama), niscaya akan kugunakan seperti apa yang dilakukannya”. Rasulullah shallallahu ’alaihiwasallam bersabda, ”Pahala dua orang tersebut sama”.
Orang ketiga: adalah seorang yang dikaruniai Allah harta namun tidak dikaruniai ilmu. Dia bertindak asal-asalan dalam hartanya, menghamburkannya tanpa aturan. Orang keempat: seorang yang tidak dikaruniai Allah harta maupun ilmu. Ia berujar, ”Andaikan aku memiliki harta seperti fulan (orang ketiga); niscaya akan kugunakan seperti apa yang dilakukannya”. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam berkomentar, ”Dosa keduanya sama”. HR. Ahmad dari Abu Kabsyah al-Anmâry radhiyallahu ’anhu  dan dinyatakan sahih oleh al-Albany.
Dalam hadits di atas, Nabiyullah shallallahu’alaihiwasallam menerangkan pada kita bagaimana efek dari ilmu agama terhadap sikap seseorang kepada hartanya.
Orang kaya yang berilmu, berkat bekal ilmu yang dimilikinya, ia bisa memanfaatkan hartanya untuk mengantarkan ke surga. Ini adalah orang pertama. Adapun orang yang miskin harta namun memiliki ilmu agama, diapun juga bisa memanfaatkan ilmu tersebut sebagai kendaraan untuk masuk surga. Sebab ia berpeluang meraih pahala yang sama dengan orang pertama, berkat niat baik yang ada dalam hatinya. Inilah orang kedua.
Adapun orang ketiga, adalah golongan yang malang, walaupun kelihatannya ia hidup sejahtera. Sebab ia gagal menjadikan hartanya sebagai tunggangan menuju surga. Ia serampangan dalam mengalokasikan hartanya, karena keminiman ilmu agamanya.
Yang paling naas nasibnya adalah orang keempat. Sudah miskin harta, miskin ilmu agama pula. Di dunianya ia hidup dalam kesusahan, dan kelak di akhiratnya ia sengsara masuk ke dalam neraka. Na’udzubillah min dzalik…
Nah, memilih manakah Anda? Yang penting, jangan sampai memilih menjadi orang ketiga, apalagi keempat. Minimal jadilah orang kedua. Syukur-syukur Anda bisa menjadi orang pertama. Selamat memilih…
@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 5 Jumadal Ula 1435 / 7 Maret 2014

DERMAWAN 100%

Salah satu karakter terpuji yang disukai Islam adalah: kedermawanan dan sifat pemurah. Banyak dalil dan menunjukkan hal tersebut. Di antaranya firman Allah ta’ala,
وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ”.
Artinya: “Barang siapa dihindarkan dari sifat pelit, maka merekalah orang-orang yang beruntung”. QS. At-Taghâbun (64): 16.
Namun, manakala berbicara tentang kedermawanan, anggapan kebanyakan orang adalah kedermawanan menggunakan harta. Padahal, sebenarnya bukan hanya itu saja. Kedermawanan yang hakiki adalah mendermakan apa yang dimiliki, apapun itu.
Imam Ibn al-Qayyim (w. 751 H) menyebutkan bahwa kedermawanan itu ada sepuluh tingkatan:
  1. Mendermakan jiwa untuk agama Allah. Dengan cara mengorbankannya demi membela agama Allah dengan cara-cara yang dibenarkan syariat. Ini merupakan tingkat kedermawanan tertinggi.
  2. Mendermakan jabatan, dengan mempergunakannya untuk kepentingan orang banyak, bukan untuk kepentingan pribadi.
  3. Mendermakan waktu istirahat dan kenyamanan pribadi, untuk membantu orang lain. Meskipun akan berakibat ia letih secara fisik.
  4. Mendermakan ilmu, dengan mengajarkannya. Berderma dengan ilmu lebih tinggi dibanding berderma dengan harta, sebab ilmu lebih mulia dibanding harta.
  5. Mendermakan kedudukan sosial, dengan cara memanfaatkannya untuk melancarkan urusan orang lain. Sebagaimana ilmu perlu dizakati, kedudukan sosial pun perlu dizakati
  6. Mendermakan fisik, dengan mempergunakannya untuk menolong orang lain. Seperti: membantu mengangkatkan barang belanjaan, membantu menyapu halaman dan yang semisal.
  7. Mendermakan kehormatan, dengan cara memaafkan orang-orang yang menggunjing atau menghinanya.
  8. Mendermakan kesabaran, dengan cara menahan diri manakala emosi.
  9. Mendermakan akhlak mulia, wajah berseri dan keramahan.
  10. Berderma dengan meninggalkan keinginan untuk memiliki apa yang dimiliki orang lain. Jika tidak bisa berbagi dengan orang lain, maka berdermalah dengan cara tidak mengambil milik orang lain.[1]
Seorang muslim seyogyanya berusaha untuk menumbuhsuburkan dalam dirinya sifat dermawan, dengan berbagai jenisnya, semampu yang bisa ia praktekkan. Semoga Allah ta’ala berkenan membantu kita untuk itu, amien…
@  Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga