Utsman bin Affan
adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad yang paling pemalu. Ia
termasuk salah satu Khalifah (Khulafaur Rosyidin) ke tiga yang
memerintah setelah kematian sahabat Umar bin Khattab. Utsman bin Affan
memerintah dari tahun 644 M (umur 69–70 tahun) hingga 656 M (selama
11–12 tahun). Selain pemalu, Utsman bin Affan merupakan ekonom yang
sangat handal dan saudagar yang kaya raya tetapi sangatlah dermawan.
Rasulullah
Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling
jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam
Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Abu Bakar masuk
tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar
masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan
tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian,
mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang
yang malaikat saja malu kepadanya?”
Kelahiran dan Nasab
Utsman
bin Affan memiliki nama lengkap Utsman bin Affan Al-Amawi Al-Quarisyi,
berasal dari Bani Umayyah. Lahir pada akhir tahun 574 Masehi. Nama ibu
beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas
ajakan Abu Bakar, yaitu sesudah Islamnya Ali bin Abi Thalib dan Zaid
bin Haristah. Beliau adalah salah satu sahabat besar dan utama Nabi
Muhammad SAW, serta termasuk pula golongan as-Sabiqun al-Awwalin, yaitu
orang-orang yang terdahulu Islam dan beriman.
Nasab
Utsman bin Affan adalah Utsman bin Affan ra. bin Abil ‘Ash bin Umayyah
bin Abdusy Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin
Ka’ab bin Luwa’i bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah
bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu
bin Adnan.659 Abu Amr, Abu Abdullah660 al-Quraisy, al-Umawi Amirul
mukminin Dzun Nurain yang telah berhijrah dua kali dan suami dari dua
orang putri Rasulullah saw. Ibu beliau bernama Arwa binti Kuraiz bin
Rabi’ah bin Hubaib bin Abdusy Syams dan neneknya bernama Ummu Hakim
Bidha’ binti Abdul Muththalib paman Rasulullah saw..
Ciri-ciri dan Akhlak Utsman bin Affan
Utsman
bin Affan salah seorang dari sepuluh sahabat yang diberitakan masuk
surga dan salah seorang anggota dari enam orang anggota Syura serta
salah seorang dari tiga orang kandidat khalifah dan akhirnya terpilih
menjadi khalifah sesuai dengan kesepakatan kaum Muhajirin dan Anshar
juga merupakan khulafaur Rasyidin yang ketiga, imam mahdiyin yang
diperintahkan untuk mengikuti jejak mereka.
Utsman
bin Affan menikahi 8 wanita, empat diantaranya meninggal yaitu
Fakhosyah, Ummul Banin, Ramlah dan Nailah. Dari perkawinannya lahirlah 9
anak laki-laki; Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar, Amru, Umar,
Kholid, al-Walid, Sa’id dan Abdul Muluk. Dan 8 anak perempuan.
Utsman
bin Affan adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai jenggot yang
lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendian yang besar,
berbahu bidang, berambut lebat, bentuk mulut bagus yang berwarna sawo
matang. Dikatakan pada wajah beliau terdapat bekas cacar.
Dari
az-Zuhry berkata, “Beliau berwajah rupawan, bentuk mulutbagus, berbahu
bidang, berdahi lebar dan mempunyai kedua telapak kaki lebar. Beliau
memiliki akhlak yang mulia, sangat pemalu, dermawan dan terhormat,
mendahulukan kebutuhan keluarga dan familinya dengan memberikan
perhiasan dunia yang fana. Mungkin beliau bermaksud untuk mendorong
mereka agar lebih mendahulukan sesuatu yang kekal daripada sesuatu yang
fana. Sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah saw. Terkadang
beliau memberikan harta kepada suatu kaum dan tidak memberi kaum yang
lain karena khawatir mereka akan dimasukkan oleh Allah SWT. ke dalam
neraka. Sebagian kaum memprotes beliau karena perlakuan tersebut
sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Khawarij terhadap
Rasulullah saw. atas pembagian harta rampasan perang Hunain.
Utsman
adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi dermawan. Beliau adalah
seorang pedagang kain yang kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan
guna mendapatkan keridhaan Allah, yaitu untuk pembangunan umat dan
ketinggian Islam. Beliau memiliki kekayaan ternak lebih banyak dari
pada orang arab lainya. Ketika kaum kafir Quarisy melakukan penyiksaan
terhadap umat islam, maka Utsman bin Affan diperintahkan untuk
berhijrah ke Habsyah (Abyssinia, Ethiopia). Ikut juga bersama beliau
sahabat Abu Khudzaifah, Zubir bin Awwam, Abdurahman bin Auf dan
lain-lain. Setelah itu datang pula perintah Nabi SAW supaya beliau
hijrah ke Madinah. Maka dengan tidak berfikir panjang lagi beliau
tinggalkan harta kekayaan, usaha dagang dan rumah tangga guna memenuhi
panggilan Allah dan Rasul-Nya. Beliau Hijrah bersama-sama dengan kaum
Muhajirin lainya.
Islam dan Jihad Utsman bin Affan
Utsman
bin Affan ra. masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar ra. ash-Shiddiq.
Beliau adalah orang pertama yang hijrah ke negri Ethiopia bersama
istrinya Ruqayah binti Rasulullah saw. Kemudian kembali ke Makkah dan
hijrah ke Madinah. Beliau tidak dapat ikut serta pada perang Badar
karena sibuk mengurusi putri Rasulullah saw. (istri beliau) yang sedang
sakit. jadi beliau hanya tinggal di Madinah. Rasulullah SAW memberikan
bagian dari harta rampasan dan pahala perang tersebut kepada beliau
dan beliau dianggap ikut serta dalam peperangan. Ketika istri beliau
meninggal, Rasulullah SAW menikahkannya dengan adik istrinya yang
bernama Ummu Kaltsum yang pada akhirnya juga meninggal ketika masih
menjadi istri beliau.
Utsman
bin Affan ikut serta dalam peperangan Uhud, Khandaq, Perjanjian
Hudaibiyah yang pada waktu itu Rasulullah SAW membai’atkan untuk Utsman
dengan tangan beliau sendiri. Utsman bin Affan ra. juga ikut serta
dalam peperangan Khaibar, Tabuk, dan beliau juga pernah memberikan
untuk pasukan ‘Usrah sebanyak tiga ratus ekor unta dengan segala
perlengkapannya.Dari Abdurrahman bin Samurah bahwa pada suatu hari
Utsman bin Affan datang membawa seribu dinar dan meletakkannya di kamar
Rasulullah saw. Rasulullah saw. bersabda, ” Tidak ada dosa bagi Utsman
setelah ia melakukan ini (diucapkan dua kali).”
Rasulullah
saw. pergi menunaikan haji Wada’ bersama Utsman bin Affan. Rasulullah
SAW wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan ra.. Kemudian
beliau menemani Abu Bakar dengan baik dan Abu Bakar wafat dalam
keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan. Beliau menemani Umar dengan
baik dan Umar wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan,
serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang dari enam orang
anggota Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling istimewa di
antara anggota lainnya.
Utsman
bin Affan ra. menjadi khalifah setelah Umar ra.. banyak menaklukkan
berbagai negara melalui tangan beliau. Semakin lebarlah wilayah negara
Islam dan bertambah luaslah negara Muhammadiyah ini serta sampailah
misi Rasulullah saw. Ke sebelah timur dan barat bumi ini. Nampaklah
kebenaran Firman Allah SWT. ,“Dan Allah telah berjanji kepada
orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang
shAli ra.h bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di
bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan)
mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa.
Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun
dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu,
maka mereka itulah orang yangfasik.” (An-Nur: 55). Firman Allah SWT. ,
“Dia-lah yang mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang
benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun
orang-orang musyrik bend.“ (Ash-Shaf: 9).
Rasulullah
saw. bersabda: “jika Kaisar mati maka tidak lagi kaisar setelahnya dan
jika Kisra meninggal maka tiada lagi Kisra setelahnya, demi Allah yang
jiwaku berada di tangan-Nya harta-harta karun mereka akan di gunakan
untuk perang di jalan Allah.” Semua ini terjadi dan terbukti pada zaman
Utsman bin Affan ra..
Berita Gembira TTG Beliau Penduduk Surga.
Rasulullah saw. bersabda:
“Siapa saja yang menggali Sumur Rumata maka untuknya surga.” Maka sumur tersebut digali oleh Utsman.
Beliau bersabda lagi:
“Barangsiapa yang mendanai pasukan ‘Usrah maka untuknya surga.” Maka Utsman bin Affan ra. mendanai pasukan tersebut.
Dari
Abu Musa al-Asy’ary bahwa Rasulullah saw. masuk ke dalam sebuah kebun
dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun tersebut. Kemudian datang
seorang lelaki meminta izin untuk masuk, beliau bersabda: “Izinkan ia
masuk kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata’
lelaki tersebut adalah Abu Bakar ra.. Lantas datang lelaki lain meminta
izin agar diizinkan masuk, beliau bersabda, “Izinkan ia masuk kemudian
beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga.” Ternyata lelaki tersebut
adalah Umar ra. bin Khaththab. Kemudian datang seorang lelaki meminta
izin untuk masuk, beliau terdiam sejenak lalu bersabda, “Izinkan ia
masuk kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga disertai dengan
cobaan yang menimpanya.” Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman bin
Affan ra.. Hammad berkata, “Telah mengatakan kepada kami ‘Ashim
al-Ahwal dan Ali ra. Bin al-Hakam, mereka berdua telah mendengar bahwa
Abu Utsman al-Hindy menceritakan dari Abu Musa seperti hadits tersebut
dan Ashim manambahkan bahwa Nabi sedang duduk di suatu tempat yang
disana terdapat air sambil menyingkapkan kedua betis beliau atau
lututnya di saat Utsman bin Affan ra. masuk beliau menutup lututnya.
Utsman Memenuhi Panggilan Allah SWT. dan RasulNya dan Berhijrah Dua Kali.
Dari
Ibnu Syihab ia berkata,’”Urwah telah mengabarkan kepadaku bahwa
Ubaidillah bin ‘Ady bin al-Khiyar telah mengabarkan kepadaku bahwa
Miswar bin Makhramah dan Abdur Rahman bin al-Aswad bin Abdul Yaghuts
telah berkata, ‘Apa yang menghalangimu untuk berbicara kepada Utsman
tentang saudaranya Al-Walid, karena orang-orang sedang sibuk
membicarakan tentang permasalahan tersebut. Aku berniat menemui Utsman
hingga ia keluar untuk mengerjakan shalat. Kukatakan kepadanya, ‘Ada
yang perlu aku bicarakan denganmu yang isinya merupakan nasihat
untukmu. Beliau berkata, ‘Hai lelaki menjauhlah!’ -Ma’mar berkata, ‘Aku
mengira beliau berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah SWT. dari
kejahatanmu.’- Kemudian aku pun kembali menemui keduanya.
Kemudian
datanglah utusan dari Utsman dan aku mendekatinya. Ia berkata, ‘Apa
isi nasihatmu?’ Aku katakan, ‘Se-sungguhnya Allah telah mengurus
Muhammad dengan membawa kebenaran serta menurunkan kitab kepada beliau
sedang kamu adalah salah seorang yang memenuhi panggilan Allah dan
RasulNya, engkau juga telah melakukan hijrah dua kali, telah menemani
Rasulullah saw. dan telah melihat langsung sunnah beliau. Lihatlah
masyarakat sedang sibuk membicarakan tentang kasus Al-Walid.’ Ia
bertanya, ‘Apakah engkau sempat menemui Rasulullah saw.?’ Aku jawab,
Tidak, tetapi ilmu beliau yang murni telah sampai kepadaku sebagaimana
sucinya seorang perawan dibalik hijabnya.’
Ia
berkata, ‘Amma Ba’du, Sesungguhnya Allah SWT. telah mengurus Muhammad
Saw dengan membawa kebenaran dan aku termasuk salah seorang yang
memenuhi panggilan Allah SWT. dan RasulNya, aku beriman dan apa yang
dibawa beliau, aku juga melakukan hijrah dua kali -sebagaimana yang
telah engkau katakan- dan aku juga telah menemani dan membai’at
Rasulullah saw. lDemi Allah SWT. aku tidak pernah mendurhakai dan
mengkhianari beliau hingga Allah SWT. mewafatkan beliau, demikian juga
Abu Bakar ra. dan Umar ra. kemudian aku diangkat menjadi khalifah,
bukankah aku memiliki haq seperti haq mereka?’ Aku jawab, ‘Benar.’ Ia
berkata lagi, ‘Ada apa dengan berita-berita yang sampai kepadaku?
Adapun tentang permasalahan Al-Walid akan kita selesaikan dengan benar
insya Allah.’ Kemudian beliau memanggil Ali ra. bin Abi Thalib dan
memerintahkannya agar mendera Al-Walid sebanyak delapan puluh kali”
Kabar Gembira Bahwa Beliau Mati Syahid
Diriwayatkan
dari Qatadah bahwa Anas bin Malik berkata, “Rasulullah saw. memanjat
gunung Uhud bersama Abu Bakar ra., Umar ra. dan Utsman lantas gunung
tersebut
bergetar. Beliau bersabda: “Tenanglah wahai Uhud! -aku perkirakan
beliau menghentakkan kakiny tidak ada siapa-siapa di atasmu melainkan
hanya seorang Nabi, Ash-Shiddiq dan dua orang syahid.“
Tingkat Keistimewaan Utsman bin Affan
Diriwayatkan
dari Ibnu Umar ra. berkata, “Pada zaman Rasulullah saw. Kami tidak
menyamakan Abu Bakar ra. dengan sahabat yang lain kemudian Umar ra. Dan
kemudian Utsman. Setelah itu kami tidak mengistimewakan antara satu
sahabat dengan sahabat yang lain.”
Persaksian Ibnu Umar ra. TTG Keistimewaan Utsman dan Pembelaannya Terhadap Beliau
Diriwayatkan
dari Utsman bin Mauhab ia berkata, “Seorang lelaki datang dari Mesir
untuk melaksanakan haji, lantas ia melihat suatu kaum sedang
duduk-duduk, ia bertanya, ‘Siapa mereka?’ Mereka mengatakan, ‘Mereka
adalah kaum Quraisy.’ Ia bertanya lagi, ‘Siapa yang paling Alin ra. di
antara mereka?’ Mereka jawab, ‘Abdullah bin Umar ra..’ Kemudian ia
berkata kepadanya, ‘Wahai Ibnu Umar ra., aku ingin bertanya sesuatu
kepada anda maka tolong dijawab! Apakah anda tahu bahwa Utsman lari
meninggalkan pasukan pada perang Uhud?’ Ibnu Umar ra. menjawab,
‘Benar.’ Ia kembali bertanya, ‘Apakah anda tahu bahwa ia tidak ikut
dalam perang Badar?’ Ibnu Umar ra. menjawab, ‘Benar.’ Ia kembali
bertanya, ‘Apakah anda tahu bahwa ia tidak ikut pada Bai’at Ridhwan?’
Ibnu Umar ra. menjawab, ‘Benar.’ Lelaki itu berkata, ‘Allahu Akbar.
Ibnu Umar ra. berkata, ‘Kemarilah aku akan jelaskan kepadamu tentang
permasalahan tersebut.
Adapun
mengenai larinya beliau dari perang Uhud sesungguhnya ia telah
mendapat ampunan dari Allah SWT., ia tidak dapat ikut serta dalam
perang Badar karena ia sedang disibukkan mengurus istri beliau yakni
putri Rasulullah saw. yang sedang sakit dan Rasulullah saw. bersabda
kepadanya, ‘Sesungguhnya engkau mendapatkan pahala seorang yang ikut
serta dalam perang Badar dan engkau juga mendapatkan bagian pada harta
rampasannya.‘
Adapun
ketidak ikutsertaan beliau pada Bai’at Ridhwan, kalaulah sekiranya ada
seorang yang lebih terhormat di Kota Makkah selain Utsman tentunya
Rasulullah saw akan menggantikan Utsman dengan orang tersebut. Namun
Rasulullah saw. tetap mengirimkan Utsman ke Makkah dan Bai’at Ridhwan
terjadi setelah kepergian Utsman ke Makkah, Rasulullah saw.
mengisya-ratkan dengan tangan kanannya seraya bersabda, ‘Ini adalah
tangan Utsman.’ Lantas menepukkannya dengan tangan beliau dan bersabda,
‘Ini adalah bai’at Utsman.’ Ibnu Umar ra. berkata kepada lelaki itu,
‘Nah bawalah berita ini karena sekarang engkau sudah tahu’.”
Rasa Malu yang Dimiliki Utsman bin Affan
Imam
Ahmad berkata, “Hajjaj telah mengatakan kepada kami dan berkata, Laits
telah mengatakan kepada kami dan berkata, Uqail telah mangabarkan
kepadaku dari Ibnu Syihab dari Yahya bin Sa’id bin al-’Ash bahwa Sa’id
bin al-’Ash telah menceritakan kepadaku bahwa ‘Aisyah ra. Istri Nabi
dan Utsman telah menceritakan kepadanya bahwa Abu Bakar ra. me minta
izin kepada Rasulullah saw. dan beliau sedang berbaring di tempat
tidurnya sambil berselimut dengan selimut ‘Aisyah ra.. Rasulullah saw.
Memberinya izin dan beliau masih dalam posisi semula. Setelah Abu Bakar
ra. menyelesaikan hajatnya, ia pun pergi. Kemudian Umar ra. datang
meminta izin kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw. memberinya izin dan
beliau masih dalam posisi semula.
Setelah
Umar ra. menyelesaikan hajatnya, ia pun pergi. Lalu Utsman berkata,
‘Lantas aku pun minta izin lalu Rasulullah saw. duduk dan bersabda
kepada ‘Aisyah ra.1, ‘Ambillah selimutmu!’ Setelah aku menyelesaikan
hajatku, akupun pergi. ‘Aisyah ra. berkata, ‘Ya Rasulullah saw.! Aku
melihat engkau menyambut Abu Bakar ra. dan Umar ra. tidak seperti
sambutanmu terhadap Utsman?’ Rasulullah saw. bersabda, ‘Sesungguhnya
Utsman adalah seorang pemalu, aku khawatir jika aku menyambutnya dalam
posisi seperti itu, ia tidak jadi mengungkapkan keperluannya.’
Laits
berkata, ‘Sekelompok orang berkata, ‘Sesungguhnya Rasulullah saw.
Bersabda kepada ‘Aisyah ra., Tidakkah aku merasa malu sebagaimana
malunya malaikat terhadap dirinya?’. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari
hadits Muhammad bin Abi Har-malah dari ‘Atha’ dan Sulaiman (keduanya
adalah anak Yasar) dan Abi Sala-mah bin Abdur Rahman dari ‘Aisyah ra..
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Ya’la al-Mushily dari Suhail dan
Ayahnya dari ‘Aisyah ra.. Dan diriwayatkan Jubair bin Nufair dan
‘Aisyah ra. binti Thalhah dari ‘Aisyah ra..”
Imam
Ahmad berkata, “Waqi’ telah mengatakan kepada kami dari Sufyan dari
Khalid al-Hadzdza’ dari Abi Qilabah dari Anas, ia berkata bahwa
Rasulullah saw. bersabda, ” Orang yang paling penyayang di antara
umatku adalah Abu Bakar ra., yang paling tegas terhadap agama Allah
adalah Umar ra., yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling
mengetahui tentang halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal, yang paling
hafal tentang al-Qur’an adalah Ubay dan yang paling mengetahui tantang
ilmu trans adalah Zaid bin Tsabit. Setiap umat mem-punyai seorang yang
terpercaya dan orang yang terpercaya di kalangan umatku adalah Abu ‘
Ubaidah bin al-Jarrah. “
Hadits
ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Ibnu Majah, dari hadits
Khalid al- Hadzdza’. At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih.”
Kedudukan Utsman bin Affan di Tengah Umat
Imam
Ahmad berkata, “Abu Dawud -Umar ra. bin Sa’ad- telah mengatakan kepada
kami, ‘Badar bin Utsman telah mengatakan kepada kami dari Ubaidah bin
Marwan dari Abi ‘Aisyah ra. dari Umar ra. ia berkata, ‘Rasulullah saw.
keluar mendatangi kami setelah terbit matahari dan bersabda, ‘Aku
melihat sebelum fajar seakan-akan aku diberi al-maqalid dan timbangan.
Adapun almaqalid adalah kunci-kunci dan timbangan adalah alat yang
biasa kalian pakai untuk menimbang. Kemudian aku diletakkan pada daun
timbangan yang satu dan umatku diletakkan - pada daun timbangan yang
lain dan ternyata aku lebih berat. Kemudian didatangkan Abu Bakar ra.
dan ditimbang dengan mereka, ternyata Abu Bakar ra. lebih berat dari
mereka. Lantas didatangkan Umar ra. dan ditimbang dengan mereka,
ternyata Umar ra. lebih berat dari mereka. Lalu didatangkan Utsman dan
ditimbang dengan mereka, ternyata Utsman lebih berat dari mereka.
Kemudian mimpi tersebut terputus.’ Hadits hanya diriwayatkan oleh Imam
Ahmad’.”
Sufyan
bin Ya’qub berkata, “Hisyam bin ‘Ammar telah mengatakan kepada kami
dan berkata,’ Amr bin Waqqid telah mengatakan kepada kami dan berkata,
‘Yunus bin Maisarah telah mengatakan kepada kami dari Abi Idris dari
Mu’adz bin Jabal berkata, ‘Rasulullah saw. bersabda, ” Sesungguhnya aku
melihat bahwa aku diletakkan di sebuah daun timbangan dan umatku
diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata aku lebih berat dari
mereka. Kemudian diletakkan Abu Bakar ra. di sebuah daun timbangan dan
umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata dm lebih berat
dari mereka. Lantas diletakkan Umar ra. Di sebuah daun timbangan dan
umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata dia lebih
berat dari mereka. Lalu diletakkan Utsman di sebuah daun timbangan dan
umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata dia lebih
berat dari mereka. “
Wasiat Nabi Kepada Utsman bin Affan Agar Tetap Sabar dan Tidak Memenuhi Tuntutan Agar la Turun dari Jabatan
Imam
Ahmad berkata, “Abul Mughirah telah mengatakan kepada kami dan
berkata, al-Walid bin Sulaiman telah mengatakan kepada kami dan
berkata, Rabi’ah bin Yazid telah mengatakan kepadaku dari Abdullah bin
‘Amir dari an-Nu’man bin Basyir dari Aisyah ia berkata, ‘Rasulullah
saw. mengutus kepada Utsman bin Affan ra. agar ia datang menghadap.
Ketika ia datang Rasulullah saw. menyambut kedatangannya. Setelah kami
melihat Rasulullah saw. menyambutnya maka salah seorang kamipun
menyambut kedatangan yang lain dan ucapan terakhir yang diucapkan
Rasulullah saw. sambil menepuk pundaknya, ‘Wahai Utsman mudah-mudahan
Allah akan memakaikan untukmu sebuah pakaian dan orang-orang munafik
ingin melepaskan pakaian tersebut maka jangan engkau lepaskan hingga
engkau menemuiku (meninggal).’ Tiga kali.. Aku katakan, ‘Ya Ummul
Mukminin hadits ini aku riwayatkan darimu.’ Aisyah menjawab, ‘Demi
Allah aku sudah lupa.’ Kemudian aku beritakan hal tersebut kepada
Mu’awiyah bin Abi Sufyan, namun ia kurang yakin hingga ia menulis surat
kepada Ummul Mukminin, Tuliskan untukku tentang hadits ini!’ Maka
Ummul Mukminin menuliskan tentang hadits tersebut.”
Abu
Abdullah al-Jasry telah meriwayatkan dari ‘Aisyah ra. dan Hafshah
seperti hadits telah lalu. Qais bin Abi Hazim dan Abu Sahlah dari
‘Aisyah ra. Abu Shalah meriwayatkan dari Utsman bahwa Rasulullah saw.
meng-ambil suaru perjanjian dariku agar aku sabar melaksanakannya.
Faraj bin Fudhalah meriwayatkan dari Muhammad bin al-Walid az-Zubaidy
dari Zuhry dari ‘Urwah dari Aisyah kemudian menyebutkan hadits
tersebut.”Adalah Darul Quthny berkata, “Hanya al-Faraj bin Fudhalah
yang meriwayatkan hadits ini.”
Persaksian ‘Aisyah ra. Terhadap Utsman bin Affan
Imam
Ahmad berkata, “Abdush Shamad telah mengatakan kepada kami dan
berkata, Fathimah binti Abdurrahman telah mengatakan kepadaku bahwa ia
berkata, Ibuku telah menceritakan kepadaku bahwa ia pernah bertanya
kepada ‘Aisyah ra. dengan mengutus pamannya, ‘Salah seorang anakmu
mengirimkan salam untukmu dan bertanya tentang Utsman yang sedang
di-cela oleh banyak orang.’ Beliau menjawab, ‘Semoga Allah SWT.
melaknat orang yang melaknat Utsman. Demi Allah waktu itu ia sedang
duduk di sisi Rasulullah saw. dan Rasulullah saw. sedang menyandarkan
punggungnya kepadaku dan Jibril sedang menyampaikan wahyu al-Qur’an,
beliau bersabda, Tulislah wahyu tersebut ya ‘Utsaim (Utsman).’ ‘Aisyah
ra. berkata, ‘Tidaklah Allah SWT. menempatkan seseorang pada kedudukan
seperti itu melainkan orang tersebut telah bersikap mulia terhadap
Allah dan RasulNya’.”
Kemudian
Imam Ahmad meriwayatkan dari Yunus dari Umar ra. bin Ibrahim
al-Yasykary dari ibunya bahwa ia bertanya kepada Aisyah tentang Utsman
di dekat Ka’bah. Kemudian ia menyebutkan hadits tersebut
Berita Tentang Terjadinya Fitnah yang Menyebabkan terbunuhnya Utsman dan Beliau Berada di Atas Kebenaran
Imam
Ahmad berkata, “Aswad bin Amir telah mengatakan kepada kami dan ia
berkata, Sinan bin Harun telah mengatakan kepada kami dan ia berkata,
Kulaib bin Waail telah mengatakan kepada kami dari Ibnu Umar ra. ia
berkata bahwa Rasulullah saw.Pernah menceritakan tentang fitnah dan
beliau bersabda, ‘Orang yang menyelimuti mukanya ini, akan terbunuh
secara zhalim pada waktu itu.’Lalu aku melihat orang tersebut, ternyata
ia adalah Utsman bin Affan ra..” Hadits ini juga diriwayatkan oleh
at-Tirmidzi dari Ibrahim bin Sa’ad dari Syadzan. Beliau mengatakan,
“Hadits ini hasan gharib dari sisi ini dari hadits Ibnu Umar ra..”
Imam
Ahmad berkata, “Affan telah mengatakan kepada kami dan ia berkata,
Wuhaib telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, Musa bin ‘Utbah
telah mengatakan kepada kami, kakekku dan bapak ibuku Abu Habibah telah
mengatakan kepadaku bahwa ia masuk ke dalam rumah dan Utsman sedang
terkepung di dalamnya. BeliaU mendengar Abu Hurairah yang meminta izin
untuk bicara maka beliau mengizinkannya. Ia berdiri seraya memuji Allah
SWT. lantas berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda,
‘Sesungguhnya engkau akan menemui fitnah dan perselisihan setelahku
nanti atau beliau berkata perselisihan dan fitnah- salah seorang
bertanya, “Siapa yang hams kami ikuti ya Rasulullah saw.?’ Beliau
menjawab, ‘Ikutilah al-Amin ini dan para sahabatnya.’ Sambil menunjuk
kepada Utsman’.” Ibnu Katsir berkata, “Hanya Ahmad yang meriwayatkan
hadits ini dengan sanad yang hasan jayyid. Tidak ada yang
mengeluarkannya dari jalur ini.”
Imam
Ahmad berkata, “Abu Usamah Hamad bin Usamah telah mengatakan kepada
kami dan ia berkata, Kahmas bin al-Hasan telah me-ngatakan kepada kami
dari Abdullah bin Syaqiq ia berkata, Harmy bin Harits dan Usamah bin
Khuraim (pada saat itu sedang berperang) telah mengatakan kepadaku dan
mereka berdua mengisahkan satu hadits, mereka tidak menyangka bahwa
masing-masing mereka telah menceritakan hadits tersebut kepadaku dari
Murrah al-Bahzy ia berkata, ‘Di saat kami bersama Rasulullah saw. di
sebuah jalan yang ada di Madinah beliau bersabda, “Apa yang akan kalian
lakukan jika fitnah menerjang seluruh penjuru bumi bagaikan tanduk
sapi?” mereka bertanya, “Apa yang harus kami lakukan ya Rasululah?”
Beliau menjawab, “Ikutilah orang ini dan sahabat-sahabatnya.” Akupun
mempercepat jalanku agar jelas bagiku hingga aku mendekati lelaki
tersebut lalu kukatakan, “Apakah dia yang engkau maksud ya Rasulullah
saw.?” Rasulullah saw. menjawab, ” Ya dia.” Ternyata lelaki itu adalah
Utsman bin Affan ra.. Rasulullah saw. berkata lagi, “Ya dia dan
sahabat-sahabatnya.”
At-Tirmidzi
berkata dalam Jami’nya, “Muhammad bin Basyar telah mengatakan kepada
kami, ‘Abdul Wahhab Ats-Tsaqafy telah mengatakan kepada kami dan ia
berkata, ‘Ayyub telah mengatakan kepada kami dari Abu Qilabah dari Abi
al-’Ats’ats ash- Shan’any, bahwa para khatib berbicara di negeri Syam
dan di antara mereka ada sahabat Nabi | kemudian berdiri orang yang
terakhir bernama Murrah bin Ka’ab seraya berkata, ‘Kalau tidak karena
hadits dari Rasulullah saw. aku tidak akan berbicara. Lantas ia
menyebutkan tentang fitnah dan menyebutkan seorang lelaki yang sedang
menyeli-muti mukanya dengan kain, kemudian Rasulullah saw. , bersabda,
Adapun din ini pnda saat itu berada di atas petunjuk.’ Maka akupun
mendatanginya yang ternyata adalah Utsman bin Affan ra., lalu aku
menghadap Rasulullah saw. dan kukatakan, ‘Apa dia yang engkau maksud?’
Beliau menjawab, ‘Benar’.” Kemudian at-Tirmidzi berkata, “Hadits ini
sanadnya hasan shahih.”
Kesungguhan Utsman bin Affan Dalam Beribadah
Telah
diriwayatkan dari berbagai jalur bahwa beliau pernah shalat dengan
mambaca semua al-Qur’an pada satu rakaat di kamar al-Aswad pada musim
haji. Dan ini adalah ketekunan beliau. Kami telah meriwayatkan dari
Ibnu Umar ra. bahwa ia berkata tentang Firman Allah SWT. , ” (Apakah
kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia
takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya.”
(Az-ZUmar ra.: 9).
“Bahwa
yang dimaksud dalam ayat itu adalah Utsman bin Affan ra..” Ibnu Abbas
dalam mengomentari Firman Allah SWT., “Samakah orang itu dengan orang
yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atasjalan yang
lurus.” (An-Nahl: 76).
Ia berkata, “Maksudnya adalah Utsman bin Affan ra..”
Hassan berkata, Berkorban hingga beruban sebagai tanda sujud, Memotong malam dengan bertasbih dan membaca al-Qur ‘an.
Istri dan Putra-putra Utsman bin Affan
Beliau menikahi:
- Ruqayah binti Rasulullah saw. dan dianugrahi seorang anak yang bernama Abdullah dan menjadikannya sebagai kuniyah. Pada masa jahiliyah beliau berkuniah Abu ‘Amr.
- Seelah Ruqayah wafat, beliau menikahi adiknya yang bernama Ummu Kaltsum dan kemudian .Ummu Kaltsum pun wafat.
- Kemudian beliau menikahi Fakhitah binti Ghazwan bin Jabir dan dianugrahi seorang anak yang bernama Abdullah al-Ashghar.
- Lantas beliau menikahi Ummu ‘Amr binti Jundub bin ‘Amr al-Azdyah dan dianugrahi beberapa orang anak yang bernama Amr, Khalid, Aban, ‘Umar ra. dan Maryam.
- Lalu beliau menikah dengan Fathimah binti Al-Walid bin Abdusy Syamsy bin al-Mughirah al-Makhzumiyah dan lahirlah Al-Walid, Sa’id dan Ummu Utsman.
- Kemudian menikahi Ummu al-Banin binti ‘Uyainah bin Hishn al-Fazariyah dan dianugerahi seorang anak yang bernama Abdul Malik dan dikatakan ‘Utbah.
- Lantas beliau menikahi Ramlah binti Syaibah bin Rabi’ah bin Abdusy Syamsy bin Abdul Manaf bin Qushay dan lahir beberapa orang anak yang bernama ‘ Aisyah, Ummu Aban, Ummu ‘Amr dan Banat Utsman.
- Lalu beliau menikah dengan Na’ilah binti al-Farafishah bin al-Ahwash bin ‘Amr bin Tsa’labah bin al-Harits bin Hishn bin Dhamdham bin ‘Ady bin Junab bin Kalb dan dianugerahi seorang anak yang bernama Maryam dan dikatakan juga dengan ‘ Anbasah.
Wasiat-wasiat Utsman bin Affan
Hisyam
bin ‘Urwah berkata dari ayahnya bahwa Utsman memberikan wasiat kepada
Zubair. Al-Ashma’i berkata, “Dari al-’Ala’ bin al-Fadhl dari ayahnya
berkata, “Ketika Utsman bin Affan ra. terbunuh mereka memeriksa
lemari-lemarinya dan mereka dapati di dalamnya sebuah kotak yang
terkunci. Setelah mereka buka ternyata isinya adalah selembar kertas
yang bertuliskan:
"Ini adalah wasiat Utsman
Dengan
Nama Allah Yang Malm Pengasih lagi Penyayang “Utsman bin Affan ra.
bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Allah SWT. semata
tiada sekutu bagiNya dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan
utusanNya. Surga itu benar adanya dan neraka itu juga benar adanya.
Bahwasanya Allah SWT. akan membangkitkan manusia dari dalam kubur di
hari yang tidak diragukan lagi dan Allah SWT. tidak akan menyelisihi
janjiNya. Di atasnya manusia hidup dan di atasnya pula manusia mati dan
di atasnya juga akan dibangkitkan kembali insya Allah SWT..”
Kekhalifahan Utsman bin Affan
Masa
khilafahnya adalah sebelas tahun sebelas bulan dan tujuh belas hari.
Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan
keputusan sidang Panitia enam, yang anggotanya dipilih oleh khalifah
Umar bin khatab sebelum beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah
Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi
Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.
Tiga
hari setelah Umar bin khatab wafat, bersidanglah panitia enam ini.
Abdurrahman bin Auff memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa
diantara mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan
dirinya mundur dari pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah
Utsman dan Ali. Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui
banyak orang meminta pendapat mereka. Namun pendapat masyarakat pun
terbelah.
Konon,
sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman. Sidangpun
memutuskan Ustman sebagai khalifah. Ali sempat protes. Abdurrahman
adalah ipar Ustman. Mereka sama-sama keluarga Umayah. Sedangkan Ali,
sebagaimana Muhammad, adalah keluarga Hasyim. Sejak lama kedua keluarga
itu bersaing. Namun Abdurrahman meyakinkan Ali bahwa keputusannya
adalah murni dari nurani. Ali kemudian menerima keputusan itu.
Maka
Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada saat
diangkat, ia telah berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan
Muharram tahun 24 H. Pengumuman dilakukan setelah selesai Shalat
dimasjid Madinah. Masa kekhalifannya merupakan masa yang paling makmur
dan sejahtera. Konon ceritanya sampai rakyatnya haji berkali-kali.
Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya.
Beliau
adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram
(Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam
yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide
polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah
dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah
sebelumnya. Abu Bakar dan Umar bin Khotob biasanya mengadili suatu
perkara di masjid.
Pada
masanya, khutbah Idul fitri dan adha didahulukan sebelum sholat.
Begitu juga adzhan pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan
umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang
kosong untuk kepentingan pertanian.
Di
masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya,
Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang
menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu.
Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau
di Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopelpun sempat
dikepung.
Prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah
- Menaklukan Syiria, kemudian mengakat Mu’awiyah sebagai Gubernurnya.
- Menaklukan Afrika Utara, dan mengakat Amr bin Ash sebagai Gubernur disana.
- Menaklukan daerah Arjan dan Persia.
- Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.
- Memperluas Masjid Nabawi, Madinah dan Masjidil Haram, Mekkah.
- Membakukan dan meresmikan mushaf yang disebut Mushaf Utsamani, yaitu kitab suci Al-qur’an yang dipakai oleh seluruh umat islam seluruh dunia sekarang ini. Khalifah Ustman membuat lima salinan dari Alquran ini dan menyebarkannya ke berbagai wilayah Islam.
- Setiap hari jum’at beliau memerdekakan seorang budak (bila ada)
- Sebab-sebab Terjadinya Kekacauan dalam Pemerintahan Utsman
Konflik Selama Kekhalifahan
Pada
mulanya pemerintahan Khalifah Utsman berjalan lancar. Hanya saja
seorang Gubernur Kufah, yang bernama Mughirah bin Syu’bah dipecat oleh
Khalifah Utsman dan diganti oleh Sa’ad bin Abi Waqqas, atas dasar
wasiat khalifah Umar bin Khatab. Kemudian beliau memecat pula sebagian
pejabat tinggi dan pembesar yang kurang baik, untuk mempermudah
pengaturan, lowongan kursi para pejabat dan pembesar itu diisi dan
diganti dengan famili-famili beliau yang kredibel (mempunyai kemampuan)
dalam bidang tersebut.
Tindakan
beliau yang terkesan nepotisme ini, mengundang protes dari orang-orang
yang dipecat, maka datanglah gerombolan yang dipimpim oleh Abdulah bin
Saba’ yang menuntut agar pejabat-pejabat dan para pembesar yang
diangkat oleh Khalifah Utsman ini dipecat pula. Usulan-usulan Abdullah
bin Saba’ ini ditolak oleh khalifah Utsman. Pada masa kekhalifan Utsman
bin Affan-lah aliran Syiah lahir dan Abdullah Bin Saba’ disebut
sebagai pencetus aliran Syi’ah tersebut.
Karena
merasa sakit hati, Abdullah bin Saba’ kemudian membuat propoganda yang
hebat dalam bentuk semboyan anti Bani Umayah, termasuk Utsman bin
Affan. Seterusnya penduduk setempat banyak yang termakan hasutan
Abdullah bin Saba’. Sebagai akibatnya, datanglah sejumlah besar
(ribuan) penduduk daerah ke madinah yang menuntut kepada Khalifah,
tuntutan dari banyak daerah ini tidak dikabulkan oleh khalifah, kecuali
tuntutan dari Mesir, yaitu agar Utsman memecat Gubernur Mesir,
Abdullah bin Abi Sarah, dan menggantinya dengan Muhammad bin Abi Bakar.
Karena
tuntutan orang Mesir itu telah dikabulkan oleh khalifah, maka mereka
kembali ke Mesir, tetapi sebelum mereka kembali ke Mesir, mereka
bertemu dengan seseorang yang ternyata diketahui membawa surat yang
mengatasnamakan Utsman bin Affan. Isinya adalah perintah agar Gubernur
Mesir yang lama yaitu Abdulah bin Abi sarah membunuh Gubernur Muhammad
Abi Bakar (Gubernur baru) Karena itu, mereka kembali lagi ke Madinah
untuk meminta tekad akan membunuh Khalifah karena merasa dipermainkan.
Setelah
surat diperiksa, terungkap bahwa yang membuat surat itu adalah Marwan
bin Hakam. Tetapi mereka melakukan pengepungan terhadap khalifah dan
menuntut dua hal :
Supaya Marwan bin Hakam di qishas (hukuman bunuh karena membunuh orang).
Supaya Khalifah Utsman meletakan jabatan sebagai Khalifah.
Kedua
tuntutan yang pertama, karena Marwan baru berencana membunuh dan belum
benar-benar membunuh. Sedangkan tuntutan kedua, beliau berpegang pada
pesan Rasullulah SAW; “Bahwasanya engkau Utsman akan mengenakan baju
kebesaran. Apabila engkau telah mengenakan baju itu, janganlah engkau
lepaskan”
Setelah mengetahui
bahwa khalifah Utsman tidak mau mengabulkan tuntutan mereka, maka mereka
lanjutkan pengepungan atas beliau sampai empat puluh hari. Situasi
dari hari kehari semakin memburuk. Rumah beliau dijaga ketat oleh
sahabat-sahabat beliau, Ali bin Thalib, Zubair bin Awwam, Muhammad bin
Thalhah, Hasan dan Husein bin Ali bin Abu Thalib. Karena kelembutan dan
kasih sayangnya, beliau menanggapi pengepung-pengepung itu dengan sabar
dan tutur kata yang santun.
Wafatnya Utsman bin Affan
Setelah
rangkaian konflik pada masa pemerintahannya, Khalifah Utsman kemudian
dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan Ramadhan
hingga Dzulhijah. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan
pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat
Islam. Hingga suatu hari, tanpa diketahui oleh pengawal-pengawal rumah
beliau, masuklah kepala gerombolan yaitu Muhammad bin Abu Bakar
(Gubernur Mesir yang Baru) dan membunuh Utsman bin Affan yang sedang
membaca Al-Qur’an. Dalam riwayat lain, disebutkan yang membunuh adalah
Aswadan bin Hamrab dari Tujib, Mesir. Riwayat lain menyebutkan
pembunuhnya adalah Al Ghafiki dan Sudan bin Hamran. Perihal peristiwa
kematian ini persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah Saw
perihal kematian Utsman yang syahid nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar